KOMA (1) — Dinihari

Mereka berbisik, memandangiku
tatapan tanpa suara dengan sejuta kata,
tapi tahulah aku, tak susah mencari makna
bahwa akulah ranting patah di segara biru
kehilangan pohon, dahan dan akar
terhempas jauh di seberang negeri tak berpeta

Kemana aku harus berpegang?
Kepada Tuhan?
Ah…saat ini, jangan dulu nasehati aku tentang religi
sampai kalian memahami bisik doa sebatang pohon
untuk selembar daun kuning di tengah gemerisik ribuan pohon ketika Tuhan mengirimkan angin topan

Stetoskop dingin telah diletakkan,
si baju putih pergi
Semua harus istirahat
Tinggallah kita berdua
dan aku terlalu gemetar 10 meter darimu

Tak ada lagi kedip
Ribuan kata berhenti di ujung bibirmu
dan bola matamu, mereka terbuka lebar,
mencoba memercikkan 37 tahunmu

ke layar kehidupanku

Banyak yang tertahan di bening matamu,
mengkristalkan ribuan pelangi teruntai dengan kata
yang hanya kau dan Tuhan yang tahu,

kuyakin itulah doa terlama, terpanjang dan terkhusyuk
yang terpampang indah mengalir jauh dari sudut hatimu

Ada nada lembut yang  mengalir di angin semilir
itulah bisik-bisik halusmu di telingaku
meski sudah kupahami
masih berharap bukan untuk yang terakhir

Tapi aku merasa menjadi halusinasi
di negeri yang tak kukenal

Hatiku, jiwaku, perasaanku
berserakan di garis tipis

aku…!
antara

ada
dan
Tiada

PiS : “Lorong RS yg sunyi, 2 Februari 2011”
“PKU Muhammadiyah Yogyakarta”

.

In English : Coma (1)


Catatan Lainnya:

Leave a comment

Top Rated