Cermin sebuah rekuim… ! (1)

Tentu tidak gampang menyambut sebuah pagi yang indah berseri :

bersama “jemari matahari” yang menyibak kelopak, agar mata menangkap milyaran warna ; tapi hati buta telah membekukan kornea.

bersama ”ramahnya kehijauan” yang selalu menghaturkan nafas daun-daun ikhlas, agar paru-paru menjadi segar ketika menghirup rentang waktu ; tapi hati hitam mengatup jalan menyesakkan dada

bersama “semangat angin” yang menyibak rambut, agar telinga tidak terhalang dalam merayapi riuh rendahnya suara kehidupan ; tapi hati lemah telah menulikan gendang pendengaran.

bersama “sayap-sayap putih kehidupan” yang menerbangkan kemerdekaan cita-cita padi ke awan putih, agar tangan-tangan bebas terentang melepas buah ; tapi hati rapuh selalu memenjarakan sayap pada mimpi akan negeri indah tanpa peta.
bersama “kumandang ribuan doa” yang menjunjung langit tinggi, agar tulus ikhlas melumuri sekujur tubuh ; tapi hati lumpuh telah menambatkan jiwa pada tiang masa lalu.

bersama “kobar api kehidupan” yang menorehkan semangat, agar setiap langkah berderak rentak menelusuri waktu ; tapi hati berbatu telah melumpuhkan kaki-kaki keinginan.

(PiS, 06022012, Coretan2 di “Rekuim” masih refisi)

Leave a comment

Top Rated