Di gedung-gedung itu,
di lorong-lorong itu,
di balkon-balkon itu,
di parkiran-parkiran itu,
di konblok-konblok itu,
di rumput-rumput kecil itu,
di pohon-pohon pinang itu,
di kaca-kaca itu,
di sayap burung-burung Sriti itu,
di mataku,
di matamu,
di semua mata yang menatap kita,
bahkan seluruh lapisan udara
: Semua abu-abu.
Aku bahkan cuma bisa bilang :
“abu-abu, abu-abu, abu-abu dan abu-abu.”
Dan hidup kita memanglah abu-abu.
Hanya baju doktermu itu yg putih,
bahkan malam ini langit hatiku masih juga abu-abu
(PiS, 301111, Kenangan ttg Debu Merapi yg turun di Sardjito)