Pagi itu cintamu kau percikkan di ubun-ubunnya
mengalir dalam tunduk haru,
gemulai merembes ke dalam hati
Jiwanya terkesima oleh rasa sayang yang membuai
kekal meski kini dalam kenangan
Pagi itu mataku tak henti menampung cahaya
yang membahana dari lima jemarimu yang semakin tirus
menyiratkan pendar kasih yang utuh dan ikhlas
yang kami namai karunia
Kini dari hatiku bergolak kemilau rindu
Memecah aorta tembus ke ubun-ubun
(PiS, Pagi itu di Gazeboo)