Tadinya kukira cintaku mampu menjadi payung
melindungimu dari hujan keresehan dan ketakutanmu
Tadinya kukira genggaman kokohku menjadi pancang
sebelum kau hanyut di rimba jerit kesakitan dan air mata
Tadinya kukira nadaku mampu mengusap rona hitam
di langit-langit kamar kita
sebelum hati kita repih kehabisan syair doa
Rasa sakit, telah menguras air matamu
lebih dari apa yang pernah kuduga dan pernah kutahu
bahkan suntikan obat-obat itu
yang telah meluluh lantakkan karang hatiku
tak jua mampu menjadi dam
bagi luapan gelombang perihmu
Tadinya kukira kita hanya butuh doa-doa
Ah.. aku harus belajar menerima ini semua,
seperti bumi menerima hujan bagaimanapun derasnya …
(PiS, Mei 2011)