Xenia, melepas 4000 Km tanpamu

.
line twilight

Pohon-pohon berlarian di kaca jendela, sekumpulan titik-titik air yang jatuh dari langit itu bergelayutan di spion dan badan mobil,  mereka tersaput angin kencang, lalu terkapar melebur ke aspal keras. Titik air yang jatuh di kaca depan tersaput swiper, menjerit terhempas ke belakang menerpa deaunan kuning yang berserakan di jalan. Kurasa mereka akan bersahabat dan saling mengisi duka keterhempasannya.

Gerimis siang ini menyerang mengetuk-ngetuk atap dan kaca mobil, mencoba menjarumi ruang hampa kepalaku bertubi-tubi. Menusuk tajam, seraya bertanya, “Heh…! Kemana kau hendak pergi?!”

Lihatlah! Markah demi markah jalan telah terlewati, satu markah kulewati, markah lain menghardik agar aku cepat melewatinya. Tapi buat apa menghiraukan si putih itu? Toh tak ada pucuk jalan yang kutuju, tak ada jua titik tempat aku mengistirahatkan hatiku yang rapuh. Semua ini hanya kuanggap sebagai koridor yang harus kulewati untuk menuju koridor lain hingga ke tempatmu kelak.

Xenia, lebih 4000 km kau tak duduk di sebelah kiriku. Entah ke mana saja kilometer-kilometer itu bertebaran. Kau pasti mengerti pikiranku, tentang bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan ribuan kilometer-kilometer itu pada budi baik kakakmu itu. Yang meski kutahan tapi akan bertambah berlipat-lipat hingga aku menyesalinya kelak.

Kalau kau di sini, tentu kilometer itu tidak harus sebegitu besar. Jikapun sepanjang itu atau bahkan lebih, kau pasti punya alasan kuat untuk melepaskanku dari beban pikiran bahwa aku telah keterlaluan pada kuda besi, pada jalanan yang kugilas, pada markah-markah jalan yang menghitam, pada pohon-pohon yang tak kuhiraukan, pada air mataku yang sudah tak bernilai, pada pergiku yang tanpa makna dan pada budi yang takkan terbayar yang telah dilimpahkannya padaku.

Xenia, kulepaskan 4000 kilometer lebih, tanpamu duduk di sisiku.
Kulepaskan 4000 kilometer hampa ke awan awan,
sebagiannya dirangkul  rinai hujan yang tak henti menyaingi tangisku,
kulepasakan 4000 km lebih atas nama rasa rindu,
atas rasa kehilangan,
atas rasa cinta yang terpenggal
atas penyesalan mendalam yang tak kumengerti
dan atas budi yang takkan mampu kubayar….

Catatan Mei 2011 yang hilang.
sumber : www.maryati.net

Leave a comment

Top Rated