Aku

Aku hanyalah makhluk sederhana yang mencoba sekedar menuliskan sekumpulan kata-kata yang selalu mengalir entah sampai kapan. Sekumpulan kata-kata adalah sungai kecil di antara hati dan pikiranku.  Kadang  ia merembes ke sudut mata, membersit melecut ke jiwa atau menikam ke sanubari. Yang  kuyakin tak perlu bagiku untuk mengingat kembali, namun harus tetap tersurat dan ada.

Aku menuliskan sekumpulan kata-kataku sebagai kaki untuk melarikan diriku dari langit ketakutanku sendiri. Sekali waktu kucoba membiarkannya, tak menuliskannya, melupakannya dan menelantarkannya. Tapi suatu ketika ia terjaga kembali, bergelora ingin keluar dari dunia lupa itu, bergolak menghantam kanan kiri dadaku, berusaha menjelmakan diri, tapi tak mampu. Ia menusuk jiwaku bertubi-tubi dari dalam, meronta memaksa keluar mencari raganya. Itulah hari aku menyesalinya.

Lupa adalah penjara bagi kata-kataku ketika ia tak kutuliskan. Jika ia mengalir dari hati, pikiran dan dari sudut-sudut mataku, ia akan menjadi jari-jemari pisau  di pangkal lenganku selama sebelum ia terlahirkan seutuhnya sebagai bayi mungil di kertas notes atau dunia mayaku. Dia harus selalu ada  sewaktu nafasku tersengal membutuhkan jerit tangis dan canda jemari mungilnya.

Sekumpulan kata-kataku mungkin lebih sering tak bermakna dan tak berguna bagi makhluk manapun. Tapi aku tak memusingkannya lagi. Mungkin ia tidak mampu merobahmu ketika kau sudah bosan atau tidak mencintai lagi kekasih hatimu,  tak mampu menghalau sedihmu kala kau tersendiri dan asing, tak pula  mampu merobah seseorang jahat di luar sana agar menjadi lebih baik,  atau bahkan tak mampu sekedar merubah diriku sendiri agar menjadi manusia yang lebih bijaksana dan lebih utuh memandang sisi seluruh sudut kehidupan bersama alasan-alasannya. Sekumpulan kata-kata itu hanyalah koma dalam setiap hela nafasku, hingga Tuhan menaruh titik di sana.

Sekumpulan kata-kataku bukan saja menjadi penghibur kesepianku dan rasa rinduku, namun ia juga sekaligus menjadi pisau sembilu yang pelan-pelan melukai dan mengiris perasaanku sendiri. Tapi itulah takdirku dan memang harus begitu adanya.

Semua atau sebagian kata-kataku ini,  jika ada yang kau tidak setuju, akupun  sangat setuju dengan pendapatmu itu. Tapi biarkanlah seluruh catatan kumpulan kata ini tetap ada di sini atau di tempat lain dimana hatiku ingin meletakkannya.

Dan kekasih hatiku, kau paham betul,  kata-kata itu  akan selalu mengalir sampai   “aku kelak hanyalah tinggal berupa sekumpulan kata-kata belaka – NAMA” atau kalau aku sudah mati dan sudah berada di sisimu kembali.

PiS Februari 2011
(Dari buku Catatan Harian Yg Selalu Direvisi)

Private Blog  :

http://www.senjakelabu.wordpress.com
http://www.maryatiku.blogspot.com

Leave a comment

Top Rated